For faster navigation, this Iframe is preloading the Wikiwand page for Trisangku.

Trisangku

Trisangku
त्रिशण्कु
Lukisan Indra menghalau Trisangku (pojok kanan atas) yang mencoba masuk surga dengan badan kasar. Karya seorang seniman Mughal, dibuat sekitar awal abad ke-17 Masehi.
Lukisan Indra menghalau Trisangku (pojok kanan atas) yang mencoba masuk surga dengan badan kasar. Karya seorang seniman Mughal, dibuat sekitar awal abad ke-17 Masehi.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaTrisangku
Ejaan Dewanagariत्रिशण्कु
Ejaan IASTTrishaṇku
Nama lainSatyabrata (nama lahir); Wedasa
Kitab referensiRamayana; Purana
AsalAyodhya, Kerajaan Kosala
KediamanAyodhya
KastaKsatriya
ProfesiRaja
DinastiSurya
AnakHariscandra

Dalam mitologi Hindu, Trisangku (Dewanagari: त्रिशण्कु; ,IASTTriśaṇku, त्रिशण्कु) adalah seorang raja pada zaman India Kuno. Ia merupakan putra Trayaruni, seorang keturunan Ikswaku dari Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia juga merupakan leluhur Sri Ramachandra, putra Dasarata. Trisangku memiliki putra bernama Hariscandra.

Nama aslinya adalah Satyabrata (Dewanagari: सत्यव्रत; ,IASTSatyavrata, सत्यव्रत). Ia disebut Trisangku karena pernah melakukan tiga dosa.

Dosa-dosa Satyabrata

[sunting | sunting sumber]

Ayah Satyabrata sangat baik dan selalu mengikuti ajaran agama. Namun sifat Satyabrata sangat bertolak belakang dengan ayahnya. Akhirnya ia diasingkan selama bertahun-tahun dan hidup sebagai seorang gelandangan. Setelah jabatan raja kosong, Satyabrata kembali ke kerajaannya dan diangkat menjadi raja. Sebab, kerajaannya akan hancur tanpa dipimpin seorang raja.

Saat terjadi bencana kelaparan, Satyabrata mencuri sapi Resi Wasista. Kemudian sapi yang dicuri itu disembelih, lalu dimakan. Resi Wasista yang mengetahui hal itu menjadi marah. Akhirnya, Resi Wasista mengganti nama Satyabrata menjadi Trisangku, yang artinya tiga dosa. Pertama, Satyabrata melawan ayahnya sendiri. Kedua, Satyabrata mencuri dan membunuh sapi kesayangan Resi Wasista. Ketiga, ia memakan daging sapi, hewan yang disucikan.

Trisangku naik ke surga

[sunting | sunting sumber]

Raja Trisangku sangat mencintai badannya, bahkan ia hendak ke surga dengan badan kasarnya. Untuk memenuhi keinginannya, ia memohon bantuan gurunya yaitu Resi Wasista. Mendengar keinginan Trisangku, Resi Wasista tersenyum dan menolak. Karena gagal membujuk Resi Wasista, Trisangku memohon bantuan para putra Resi Wasista, tetapi ia dicela oleh mereka. Lalu Trisangku pergi meninggalkan asrama Resi Wasista dengan ucapan sinis. Karena merasa terhina, para putra Resi Wasista mengutuk Trisangku agar rupanya menjadi buruk (beberapa versi mengatakan bahwa Trisangku dikutuk agar menderita penyakit). Akhirnya, Trisangku pergi meninggalkan kerajaannya karena para seluruh rakyatnya tidak mengenali wajahnya lagi.

Setelah terlunta-lunta di jalan, Trisangku tiba di asrama Resi Wiswamitra. Sang Resi masih bisa mengenali wajah Trisangku karena memiliki kekuatan batin. Kemudian Trisangku menceritakan segala kejadian yang menimpa dirinya, termasuk keinginannya untuk mencapai surga. Karena terharu dengan penderitaan Trisangku, Wiswamitra berjanji bahwa ia akan membantu Trisangku untuk mencapai surga dengan badan kasar.

Kemudian Resi Wiswamitra melangsungkan yadnya (upacara) besar, dan banyak resi diundang untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut, termasuk saingan Resi Wiswamitra, yaitu Resi Wasista. Setelah upacara dilangsungkan, tiada dewa yang datang untuk menerima sesajen yang dipersembahkan Resi Wiswamitra. Dengan marah, Wiswamitra menyiram api upacara dengan minyak ghee sambil mengerahkan kekuatan yang diperolehnya melalui tapa untuk mengangkat badan Trisangku. Perlahan-lahan badan Trisangku naik ke surga. Namun ketika ia mencapai surga, Dewa Indra segera mendorongnya karena ia memasuki surga dengan badan kasar. Akhirnya Trisangku jatuh sambil berteriak meminta pertolongan kepada Resi Wiswamitra.

Melihat hal itu, Resi Wiswamitra menjadi marah lalu berkata, "Berhenti di sana!". Semua yang menyaksikan tercengang karena tubuh Trisangku mengambang di langit, memancarkan sinar bagaikan bintang. Kemudian Wiswamitra menciptakan pemandangan baru seperti surga baru yang ditaburi bintang-bintang, dan juga Indra dan para dewa-dewa. Pemandangan itu disebut "Surga Trisangku", dan akhirnya Trisangku tinggal di sana.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Didahului oleh:
Trayaruni
Raja Ayodhya Diteruskan oleh:
Hariscandra
{{bottomLinkPreText}} {{bottomLinkText}}
Trisangku
Listen to this article

This browser is not supported by Wikiwand :(
Wikiwand requires a browser with modern capabilities in order to provide you with the best reading experience.
Please download and use one of the following browsers:

This article was just edited, click to reload
This article has been deleted on Wikipedia (Why?)

Back to homepage

Please click Add in the dialog above
Please click Allow in the top-left corner,
then click Install Now in the dialog
Please click Open in the download dialog,
then click Install
Please click the "Downloads" icon in the Safari toolbar, open the first download in the list,
then click Install
{{::$root.activation.text}}

Install Wikiwand

Install on Chrome Install on Firefox
Don't forget to rate us

Tell your friends about Wikiwand!

Gmail Facebook Twitter Link

Enjoying Wikiwand?

Tell your friends and spread the love:
Share on Gmail Share on Facebook Share on Twitter Share on Buffer

Our magic isn't perfect

You can help our automatic cover photo selection by reporting an unsuitable photo.

This photo is visually disturbing This photo is not a good choice

Thank you for helping!


Your input will affect cover photo selection, along with input from other users.

X

Get ready for Wikiwand 2.0 🎉! the new version arrives on September 1st! Don't want to wait?