For faster navigation, this Iframe is preloading the Wikiwand page for Sinta Nuriyah.

Sinta Nuriyah

Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini) Artikel biografi ini ditulis menyerupai resume atau daftar riwayat hidup (Curriculum Vitae). Tolong bantu perbaiki agar netral dan ensiklopedis.Artikel ini terlalu bergantung pada referensi dari sumber primer. Mohon perbaiki artikel ini dengan menambahkan sumber sekunder atau tersier. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.Cari sumber: "Sinta Nuriyah" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)
Sinta Nuriyah
Sinta Nuriyah tahun 2016
Ibu Negara Indonesia ke-4
Masa jabatan
20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001
PresidenAbdurrahman Wahid
Sebelum
Pengganti
Taufiq Kiemas (sebagai Bapak Negara)
Informasi pribadi
Lahir8 Maret 1948 (umur 76)
Jombang, Jawa Timur,m
KebangsaanIndonesia
Suami/istriAbdurrahman Wahid
HubunganWahid Hasyim (ayah mertua)
Salahuddin Wahid (adik ipar)
AnakAlissa Qotrunnada
Zannuba Ariffah Chafsoh
Anita Hayatunnufus
Inayah Wulandari
PendidikanSyariat Islam (S1) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Kajian perempuan (S2) di Universitas Indonesia
Pekerjaan
  • Aktivis pemberdayaan perempuan Islam
  • penulis
  • wartawan
Tanda tangan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Dr. (H.C). Dra. Hj. Sinta Nuriyah, M.Hum (lahir 8 Maret 1948) adalah istri dari Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga tahun 2001.[1][2] Ia adalah satu-satunya mantan pasangan kepala negara Indonesia yang masih hidup hingga hari ini, setelah meninggalnya Ani Yudhoyono dan pada masa pemerintahan Joko Widodo .[1]

Riwayat Hidup

[sunting | sunting sumber]

Sinta lahir di Kabupaten Jombang pada tahun 1948 sebagai putri sulung dari 18 bersaudara.[3] Ia disekolahkan di pesantren. Pada usia 13 tahun, ia jatuh cinta dengan Wahid, gurunya di pesantren. Karena bapaknya, seorang penulis kaligrafi profesional, enggan menyetujui pernikahan mereka, Wahid pergi menuntut ilmu di luar negeri. Ketika Wahid melamar untuk kedua kalinya dari Baghdad, Sinta menerima dan menikahinya tiga tahun sebelum Wahid pulang ke Indonesia. Kakek Wahid menjadi pengganti mempelai pria dalam upacara pernikahan mereka.[3]

Setelah Wahid pulang tahun 1971, barulah mereka meresmikan pernikahan secara hukum. Kemudian Sinta lulus S1 di bidang hukum syariah. Ia membantu menghidupi keempat anaknya dengan membuat dan menjual permen.[3]

Pada tahun 1992, Sinta menjadi korban kecelakaan mobil yang melumpuhkan separuh tubuhnya. Ia menjalani terapi fisik selama satu tahun agar dapat menggerakkan lengannya. Namun sejak saat itu, ia harus beraktivitas menggunakan kursi roda. Ia kemudian melanjutkan S2 di bidang kajian perempuan di Universitas Indonesia. Staf universitas membawa Sinta ke lantai empat gedung universitas menggunakan tandu.[3]

Sejak suaminya dimakzulkan, Sinta menjadi aktivis pendukung Islam moderat. Ia memulai tradisi buka puasa lintas agama pada bulan Ramadan.[4] Ia memuji keberanian Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, dan menyebut bahwa poligami selama ini tidak adil.[3] Banser mengamankan setiap kegiatan-kegiatannya karena ia sering mendapat ancaman dari beberapa orang.[3]

Pekerjaan

[sunting | sunting sumber]
  • Ibu Negara RI ke 4
  • Ketua Yayasan Puan Amal Hayati
  • Ketua beberapa organisasi pemberdayaan perempuan Indonesia
  • Wartawan

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]
  • Sekolah Rakyat (SR) Jombang
  • MM (Madrasah Muallimat) Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang
  • Strata Satu (S1) Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
  • Strata Dua (S2) Program Kajian Wanita Program Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta

Pengalaman, aktivitas, dan organisasi

[sunting | sunting sumber]
  • Tenaga pengajar di Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar,Jombang
  • Tenaga pengajar di Universitas Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Jombang
  • Tenaga Pengajar di Universitas Darul Ulum, Rejoso, Jombang
  • Jurnalis Majalah Keluarga Zaman tahun 1980-1985
  • Wartawan Majalah Matra
  • Dewan Penasehat Komnas HAM
  • Ketua Pelapor Khusus Kebebasan Beragama Komnas Perempuan
  • Anggota Kongres Wanita Indonesia (KOWANI)
  • Komisi Nasional Kedudukan Wanita Indonesia
  • Pendiri Yayasan Puan Amal Hayati yang bergerak dalam bidang advokasi dan konseling terhadap perempuan dan anak korban kekerasan
  • Pendiri Yayasan al-Munawaroh (bergerak pada pemberian bantuan dana/ beasiswa kepada anak sekolah, keluarga tidak mampu, para penyandang cacat, dan korban bencana), tahun 1996
  • Perempuan dan Pluralisme, (LkiS: 2019)
  • Pesantren Tradisi dan Kebudayaan, (LkiS: 2019)
  • Romantika Kehidupan: Kumpulan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan, (Yayasan Puan Amal Hayati: 2009)
  • Forum Kajian Kitab Kuning (FK3): Kembang Setaman Perkawinan “Analisis Kritis Kitab ‘Uqud Al Lujjayn”, (Penerbit Buku Kompas: 2005)
  • Forum Kajian Kitab Kuning (FK3): Wajah Baru Relasi Suami-Istri “Telaah Kitab ‘Uqud Al Lujjayn”, (LKiS Yogyakarta: 2001)

Karier dan perjuangan

[sunting | sunting sumber]

Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid memang telah memiliki pemikiran yang kritis dan perhatian sangat besar terhadap kondisi perempuan di Indonesia sejak remaja. Sejak awal ia telah melihat betapa peran dan kedudukan perempuan masih banyak yang direndahkan, utamanya di komunitas masyarakat Islam.

Shinta Nuriyah melihat adanya penafsiran yang masih bias gender terhadap kondisi perempuan dalam ajaran Agama Islam. Kondisi ini mengakibatkan adanya anggapan di sebagian masyarakat bahwa kedudukan perempuan tidak setara dengan laki-laki. Padahal menurutnya, perempuan adalah tokoh sentral dalam kehidupan umat manusia, karena mengemban tugas suci, melahirkan, dan mendidik anak manusia. Hal ini yang mendorong Shinta Nuriyah pada tahun 2001 mendirikan Yayasan Puan Amal Hayati, dengan tujuan agar bisa lebih efektif dalam berjuang membela hak dan membebaskan kaum perempuan dari belenggu ketertindasan dan keterbelakangan. Kata ‘Puan’ itu sendiri adalah kepanjangan dari Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

Meski Shinta Nuriyah berangkat dan memperoleh pendidikan dari Pesantren Tambak Beras, sebagai pesantren yang dihormati dan sangat berpengaruh di Jombang, namun oleh kedua orangtuanya ia dididik untuk berani berpikir terbuka dan kritis. Suatu kondisi yang jarang ditemui di lingkungan pesantren tradisional saat itu.

Karena itu, selain advokasi dan konseling, salah satu kegiatan utama Yayasan Puan Amal Hayati adalah mengkaji dan mendiskusikan Kitab Kuning, khususnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban perempuan dalam Islam. Kitab Kuning adalah sebutan untuk kumpulan tulisan pemikiran para ulama terkemuka atas Al Quran dan Hadits yang menjadi rujukan utama di berbagai pesantren dalam mempelajari agama Islam.

Shinta Nuriyah merasa perlu mengkaji masalah ini dengan mendalam dan menyeluruh, karena ia memiliki keyakinan kuat bahwa Islam mengajarkan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Islam sangat menghargai dan sangat menghormati perempuan karena Islam menempatkan seluruh umatnya setara di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Keyakinan akan kesetaraan bagi semua ini pula yang mendorong tekad Shinta Nuriyah untuk selalu berada di depan dalam membela kaum yang tertindas atau marginal, tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras atau bahkan golongan orang-orang yang dianggap memiliki perilaku menyimpang dari kelaziman kehidupan sosialnya sekalipun.

Shinta Nuriyah yang telah menuntaskan program Pasca Sarjana Studi Kajian Wanita dari Universitas Indonesia ini, ingin mengedukasi masyarakat bahwa Islam tidak menempatkan kedudukan perempuan dibawah laki-laki, seperti yang selama ini dipersepsikan oleh sebagian masyarakat muslim.

Shinta Nuriyah, yang dahulu juga berperan sebagai partner utama diskusi suaminya tentang banyak hal, Almarhum Gus Dur; meyakini bahwa masalah persamaan gender adalah masalah serius yang perlu mendapat perhatian besar dari kita semua. Hal ini mengingat bahwa perempuan adalah seorang ibu yang menjadi muara/oase dari perjalanan panjang peradaban umat manusia.

Menurut ibu dari empat orang anak yang berfikiran progresif ini; perempuan jelas memiliki peran yang tak tergantikan dan sangat terhormat dalam masyarakat, sehingga sudah selayaknya perempuan memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang tidak berbeda dengan laki-laki.

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Tanda kehormatan

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia: Sinta Nuriyah[pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Robinson, Kathryn May (2009). Gender, Islam, and democracy in Indonesia. Taylor & Francis. hlm. 76. ISBN 978-0-415-41583-5. 
  3. ^ a b c d e f Emont, Jon (8 April 2017). "A Former First Lady Presses On for a Tolerant, Feminist Islam". The New York Times. hlm. A6. Diakses tanggal 14 April 2017. 
  4. ^ "Ex-first lady holds 'sahur' with marginalized people for RI unity". The Jakarta Post. 29 June 2015. 
  5. ^ "Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Tahun 1959–sekarang" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 10 Agustus 2011. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-08-11. Diakses tanggal 2023-09-28. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Hasri Ainun Habibie
Ibu Negara Indonesia
1999–2001
Diteruskan oleh:
Taufiq Kiemas
{{bottomLinkPreText}} {{bottomLinkText}}
Sinta Nuriyah
Listen to this article

This browser is not supported by Wikiwand :(
Wikiwand requires a browser with modern capabilities in order to provide you with the best reading experience.
Please download and use one of the following browsers:

This article was just edited, click to reload
This article has been deleted on Wikipedia (Why?)

Back to homepage

Please click Add in the dialog above
Please click Allow in the top-left corner,
then click Install Now in the dialog
Please click Open in the download dialog,
then click Install
Please click the "Downloads" icon in the Safari toolbar, open the first download in the list,
then click Install
{{::$root.activation.text}}

Install Wikiwand

Install on Chrome Install on Firefox
Don't forget to rate us

Tell your friends about Wikiwand!

Gmail Facebook Twitter Link

Enjoying Wikiwand?

Tell your friends and spread the love:
Share on Gmail Share on Facebook Share on Twitter Share on Buffer

Our magic isn't perfect

You can help our automatic cover photo selection by reporting an unsuitable photo.

This photo is visually disturbing This photo is not a good choice

Thank you for helping!


Your input will affect cover photo selection, along with input from other users.

X

Get ready for Wikiwand 2.0 🎉! the new version arrives on September 1st! Don't want to wait?