Perang Dingin (1953–1962)
Bagian dari seri artikel mengenai |
Awal Perang Dingin |
---|
Perang Dunia II Konferensi perang Blok Timur Tirai Besi |
Perang Dingin (1947–1953) |
Perang Dingin (1953–1962) |
Perang Dingin (1962–1979) |
Perang Dingin (1979–1985) |
Perang Dingin (1985–1991) |
Konflik beku |
Garis waktu · Konflik Historiografi |
Perang Dingin II |
Perang Dingin (1953-1962) merupakan tahap kedua dalam Perang Dingin dengan diawali kematian pemimpin Soviet Joseph Stalin pada tahun 1953 dan terjadinya Krisis Misil Kuba pada tahun 1962. Setelah kematian Stalin, pemimpin baru berusaha untuk melanjutkan "de-Stalinize" sebuah kebijakan yang dibuat oleh Stalin, hal ini menyebabkan kerusuhan di Blok Timur dan anggota Pakta Warsawa.[1] Walaupun ada ketegangan internasional yang mereda, buktinya dapat dilihat pada penandatanganan Perjanjian Austria untuk menyatukan kembali Austria, dan Kesepakatan Jenewa yang mengakhiri perang di Indocina. Namun, periode kejadian baik ini hanya sebagian dengan perlombaan senjata mahal yang berlanjut selama periode tersebut dan kurang mengkhawatirkan, tetapi perlombaan luar angkasa yang sangat mahal terjadi antara kedua negara adidaya, Uni Soviet dan Amerika Serikat serta Penambahan negara-negara Afrika ke tahap perang dingin, seperti Republik Demokratik Kongo yang bersekutu dengan Soviet yang akhirnya menyebabkan lebih banyak kerusuhan di barat.
- ^ "De-Stalinization | Soviet history". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-12.
Text is available under the CC BY-SA 4.0 license; additional terms may apply.
Images, videos and audio are available under their respective licenses.